Minggu, 16 Maret 2008

PENTINGNYA OKSIGEN

1. Pentingnya Oksigen dalam Kehidupan

Oksigean atau gas asam, adalah salah satu gas yang sangat dibutuhkan oleh manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan. Demikian pentin dan vitalnya oksigen tersebut, jika dalam setengah jam saja manusia dan hewan tidak mengisapnya maka manusia akan mati lemas karena kehabisan napas. Tetapi pernahkah nikmat Allah ini pernah terpikirkan oleh kita?

Oksigen yang bertebaran luas di muka bumi ini secara gratis kita nikmati tanpa membayar sepeserpun. Alangkah binasanya manusia dan hewan jika seandainya oksigen yang kita hirup ini terkontamina gas beracun (polusi) berupa radioaktif misalnya, maka kita akan mati bergelimpangan.

Namun Allah dengan bijaksananya juga menciptakan tumbuhan-tumbuhan yang berfungsi menyaring gas-gas karbondioksida di muka bumi ini. Dengan proses foto sintesis pada tumbuhan, justru tumbuhan menghasilkan oksigen bersih yang kemudian dihirup manusia. Tetapi anehnya di atmosfer kita jumlah oksigen hanya 21%, sedangkan gas nitrogen mencapai 77% dan karbon dioksida 1%. Hal ini juga merupakan Kemaha Kuasaan Allah sang Pencipta.

Penciptaan Allah yang Maha Kuasa, walaupun okisgen sangat dibutuhkan oleh manusia dan hewan, jika seandainya jumlah oksigen lebih banyak misalnya mencapai 90 persen saja di atmosfer, maka semua besi dan baja yang dijadikan bahan bangunan oleh manusia akan mudah kropos (berkarat), mudah terjadinya kebakaran hutan dan bangunan dan apinya sanga sulit dipadamkan, cepatnya terjadi pembusukan daging, buah dan sebagainya.

Itulah sebuah sistem dan hukum Allah yang Maha Bijak mengatur kandungan oksigen sedemikian rupa dan seimbang, walau hanya 21% tetapi sudah cukup bagi manusia dan hewan di muka bumi ini untuk menikmati karunia Allah yang Maha Pemurah (Ar Rahman) tersebut.

Seadaimya jumlah gas oksigen dalam atmosfer kita lebih dari jumlah itu, maka sel-sel dalam tubuh kita akan aka mengalami kerusakan berat. Tetumbuhan dan molekul hidrokrabon juka akan hancur dan tak lagi dapat menopang hidup manusai. Sebaliknya, jika jumlah oksigen kurang dari 21%, maka akan menimbulkan masalah respirasi bagi manusia. Dan makanan tak lagi dapat menjelma menjadi energi.

Oleh karenanya, 21% oksigen yang terdapat dalam atmosfer bumi merupakan angka ideal. Artinya, dengan kuantitas sebesar itu kehidupan di bumi dapat ditopang. Dan hal ini, tidak hanya berlaku bagi oksigen. Gas lain, seperti ntrogen dna karbon dioksida pun harus terus dalam kadar idealnya. Agar tercipta harmoni dalam kehidupan di bumi.

Jumlah nitrogen di atmosfer memiliki rasio ideal untuk menepis bahaya dan efek pembakaran oksigen. Rasio ini menciptakan kondisi yang memadai bagi terjadinya fotosintesis, yang begitu penting bagi pasokan energi di bumi. Selain itu, jumlah karbon dioksida juga sangat penting. Gas ini ada demi stabilitas temperatur bumi dan mecegah hilangnya panas pada bumi khususnya pada malam hari.

Mesk jumlahnya hanya satu persen, gas ini memiliki peran penting. Ia melindungi bumi seperti tameng dan mencegah raibnya panas di angkasa. Jika jumlahnya semakin besar, maka temperatur bumi akan meningkat secara eksesif. Menyebabkan terganggunya stabilitas iklim dan memunculkan ancaman serius bagi makhluk hidup yang ada di permukaan bumi.

Komposisi ini terus berkembang karena sebuah sistem yang terbentuk secara sempurna . Lihatlah, tumbuhan yang ada di bumi mengubah karbon dioksida menjadi oksigen. Melalui tumbuhan, ternyata produsi oksigen mencapa 190 miliar ton per hari. Ini adalah salah satu sistem yang mewujud untuk menjaga keseimbangan di bumi. Semua sistem yang ada terkoneksi. Kehidupan di bumi pun dapat bertahan.

Sekali lagi, Allah telah menciptakan keseimbangan itu. Dan menciptakan segalanya sesuai proporsinya. Ia telah menjelaskan dalam kalam-NYa. Surah Ar-Rahman (55):7 yang berbunyi: “Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraka (keadilan)”. Sayang hanya segelincir manusia yang sadar dan mengerti akan keseimbangan itu.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengajukan sebuah pertanyaan dikaitkan dengan mukjizat sains dalam Al Quran, yakni: Apakah Anda pernah mendaki gunung atau melakukan wisata ke daerah pegunungan?

Jika kita berwisata di daerah pergunungan tentu udaranya lebih menyegarkan dan sejuk, tetapi semakin tinggi kita mendaki gunung, maka jika justru akan mulai merasa pusing. Detak jantung kita akan semakin cepat dan kita hanya mampu berjalan lambat.

Semua gejala-gejala yang Anda rasakan itu disebabkan ketinggian gunung di atas permukaan laut. Hal tersebut dalam dunia kedokteran disebut Sindrom ketinggian atau hipoksia. Hipoksia sering menyerang para pendaki gunung, atlet ski, penumpang balon terbang, dan turis-turis yang mengunjungi tempat wisata seperti Himalaya, Jaya Wijaya, Pegunungan Andes dan sebagainya. Hipokia diakibatkan berkurangnya jumlah oksigen yang masuk kedalam tubuh seseorang. Dikaitkan dengan hal ini, Allah yang Maha Tahu telah menjelaskan hal ini dalam Al Quran 15 abad yang lalu, dimana Allah SWT berfirman: :

“Niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki ke langit (QS 6:125)

Manusia Perlu Okisgen diangkasa Lepas

Darimanakah Al Quran mengetahui kalau di angkasa lepas (baca: langit) itu tidak ada udara (oksigen) bila kita mendaki/naik ke atasnya. Berita yang disampaikan Al Quran jelas bukanlah berasal dari Muhammad yang ummi yang 15 abad lalu sama sekali tidak mengetahui hal ini. Jelaslah hal ini adalah merupakan wahyu Allah Yang Maha Tahu. Apakah sains modern dapat menjelaskan tafsir ayat Al Quran di atas? Paling tidak umat Islam harus memiliki argumen untuk menjelaskan makna ayat Al Quran di atas.

Kini kita telah mengetahui bahwa oksigen adalah gas yang paling vital dalam menunjang kehidupan makhluk hidup. Tanpa oksigen, maka seluruh makluk hidup akan punah baik manusia, hewan maupun tumbuhan Semua makhluk hidup sangat membutuhkan gas asam ini. Tanpa oksigen, maka kecil kemungkinan adanya kehidupan di muka Bumi ini.

Yang menjadi pertanyaan kita lagi, apakah di luar sistem tata surya kita juga terdapat oksigen?

Sebagaimana telah penulis jelaskan di atas, meskipun atmosfer bumi memiliki 21% oksigen tetapi justru kandungan nitrogennya sebanyak 77%. Dan seluruh atmosfer memiliki presentase oksigen yang sama pada setiap tingkat ketinggiannya, tetapi ternyata udara menjadi renggang dan udara menjadi rendah di tempat-tempat yang relatif tinggi.

Akibatnya hanya sedikit oksigen yang dapat masuk ke dalam paru-paru, darah, dan sel-sel tubuh. Untuk mengatasi kekurangan oksigen itu biasanya orang akan bernapas lebih cepat dan lebih dalam dari biasanya.

Lebih dari itu, Allah juga merekam setiap denyut nadi dan jantung setiap makhluk khususnya manusia. Jantung ini yang setiap menit memompa 30 liter darah ia bekerja tanpa istirahat atau lelah dan tidak berhenti. Allah mengetahui peredaran darah dan desah napas manusia, berapa lamakah kita bernapas? Kita mungkin tidak tahu dan tidak pernah menghitungnya.

Tahukah Anda jika umur Anda mencapai 60 tahun misalnya anda telah menarik napas 600 juta kali atau setiap hari sebanyak 27.778 kali kita menarik napas. Selain itu dalam setiap 10 detik saja ada 1 liter oksigen yang hilir mudik dalam tubuh kita, serta terdapat 300 juta kantung udara dalam paru-paru yang akan diserap oleh tubuh, semua hal ini tidak lepas dari perhitungan Allah . Kita sama sekali tidak mengetahui dan menyadari hal ini.

Allah yang Maha Pencipta dan Maha Bijaksana telah memberikan kelebihan kepada orang-orang yang tinggal di tempat-tempat tinggi, dimana mereka telah beradaptasi sedemikian rupa terhadap tekanan udara yang rendah. Misalnya, penduduk asli Indian Aymara dan Quechua yang tinggal di pegunungan Andes, mereka mempunyai dada yang lebar, sekat rongga badan yang kuat, dan sepasang paru-paru yang besar yang memiliki kapasitas lebih besar dibandingkan paru-paru orang yang hidup di tempat yang lebih rendah .

Indian Aymara dan Quechua juga memiliki lebih banyak pembuluh kapiler di sekitar gelembung paru-paru, jantung yang lebih lebar, dan sel-sel darah merah yang lebih banyak. Seluruh proses adaptasi tersebut membantu penyaluran oksigen ke sel dan jaringan-jaringan tubuh mereka. 1)

Lalu apakah di ruang angkasa sama sekali tidak ada oksigen sebagaimana diberitakan Al Quran pada surah Al An'aam [6]:125 diatas, dimana Al Quran menegaskan bahwa tidak ada oksigen di luar angkasa?

Sebuah petunjuk yang mungkin bisa menjadi jawaban awal, diperoleh dari teleskop Hubble. Teleskop ruang angkasa itu mendeteksi keberadaan oksigen dan karbon di atmosfer dari sebuah planet

yang sangat jauh dari bumi bahkan berada di luar sistem tata surya kita. Ini adalah pertama kalinya unsur-unsur itu ditemukan di sebuah planet di luar tata surya kita, ungkap para ilmuwan yang mengamati hal tersebut. Jadi Al Quran tidak salah, memang di angksa lepas tidak terdapat oksigen, tetapi “kemungkinan” nya bahwa di planet lain bisa saja terdapat oksigen. Itu pun masih berupa perkiraan, belum dibuktikan secara pasti.

Hubble sendiri diambil dari nama astronom Amerika yang bernama Edwin Powell Hubble (1889-1935) untuk menghormati namanya yang telah menyumbangkan karyanya besarnya di dunia astronom dan dunia. Edwin Hubble menemukan bahwa jagat raya bergerak menjauhi kita dengan kecepatan yang proporsional terhadap jaraknya.


1) Drs. Sumarwan dkk, Biologi Untuk SMP Kelas III, Erlangga, Jakarta, 2004. Hal. 12-13.

Teleskop Hubble diyakini sebagai teleskop tercanggih yang ada saat ini. Diluncurkan pada tanggal 28 April 1990 menggunakan pesawat ulang alik Discovery. Cermin utama teleskop Hubble memiliki diameter 2,4 meter dan berbobot 826 kg. Cermin itu dibangun dari kaca silika

ultra low expantion dan dilapisi dengan lapisan tipis aluminium murni untuk memantulkan sinar yang tampak.

Temuan Hubble menunjukkan bahwa komposisi kimia dan dari atmosfer dengan adanya sebuah planet yang jaraknya bertahun-tahun cahaya, ternyata masih bisa diukur dari bumi. Artinya, kemungkinan untuk menyelidiki adanya tanda-tanda kehidupan di planet-planet terjauh sekalipun, masih terbuka lebar.

Planet yang terindentifikasi pertama kali pada tahun 1999 itu berupa gugusan gas raksasa seperti Jupiter dan para ilmuwan bisa menyaksikan bahwa planet itu secara perlahan dihancurkan oleh bintang induknya. Diperkirakan massanya 70 persen Jupiter atau 220 kali massif dari bumi.

Para astronom mengatakan, planet yang dinamakan HD 209458b atau Osiris mengorbit bintang, yang mirip matahari kita dan terletak pada 150 tahun cahaya dalam konstelasi Pegasus. Satu tahun cahaya adalah sekitar 9,6 triliun kilometer dan menunjukkan jarak yang ditempuh cahaya selama setahun.

Yang menarik oksigen dan karbon yang terdeteksi berada di atas atmosfer dan terurai dalam bentuk dasarnya. Sementara di Jupiter dan Saturnus bahan tersebut menjadi satu dalam bentuk metana.

Dengan demikian Keberadaan makhluk angkasa luar tetap menjadi misteri dan secara gamblang, Allah menyebutkan keberadaan makhluk-makhluk melata di ruang angkasa (hal ini menjadi Pekerjan Rumah bagi ahli astrofisika dan astrobiologi).

"Diantara tanda-tanda (kekuasaan)-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan makhluk-makhluk yang melata yang Dia sebarkan pada keduanya. Dan Dia Mahakuasa mengumpulkan semuanya apabila dikehendaki-Nya." (QS. 42:29)”

Darimana bumi kita ini mendapatkan oksigennya?

Secara teori, oksigen yang melimpah di atmosfer bumi sebenarnya berasal dari sumber yang sederhana: kehidupan. Meskipun demikian cerita lengkapnya sedikit rumit. Begitu organisme hidup terbentuk, tidak lama sebelum satu bentuk kehidupan menggunakan energi dari Matahari untuk menyusun molekul hidrokarbon kompleks dari molekul-molekul air yang telah ada dan karbon dioksida. Proses fotosintetis ini tampaknya telah mulai sejak awal sejarah kehidupan dan menghasilkan oksigen sebagai produk sampingan.

Sebenarnya secara kimia oksigen bersifat reaktif, sehingga kira-kira 2 Milyar tahun setelah fotosintetis dimulai. produk sampingan oksigen dengan mudah bereaksi secara kimia dengan bebatuan di permukaan.

Saat bebatuan permukaan telah jenuh teroksidasi, oksigen mulai menumpuk di atmosfer. Begitu aksi menumpuk, dua hal mulai terjadi. Pertama, oksigen yang naik ke lapisan atmosfer yang lebih tinggi terpecah terkena foton matahari. Molekul oksigen itu pecah menghasilkan molekul baru yang stabil disebut ozon (O3).

Ozon menjadi tak lebih dari sekedar keanehan kimia, kecuali untuk kemampuannya menyerap radiasi sinar ultra violet. Setelah ozon dalam jumlah yang cukup telah menumpuk di atmosfer atas, maka ozon berperan sebagai perisai permukaan bumi dari radiasi ultra violet yang mengancam kehidupan. Hal ini membuat kehidupan bisa berlangsung di atas bumi dan menghirup oksigen, suatu kombinasi yang memungkinkan lahirnya generasi manusia. Subhanalah!

Tidak ada komentar: